UJIAN
AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Pengembangan
Pusat Sumber Belajar
Dosen : Dr. Hartono,
M.A.
: Dr. Nyayu
Khodijah, M.Si.
Nama: Surya Hanapi
NIM : 20102813017
PROGRAM STUDI
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
TAHUN 2012
1. Berikan satu contoh pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar pada satu mata pelajaran (yang menjadi bidang
tugas anda) untuk mencapai satu Kompetensi Dasar (KD) tertentu!
JAWABAN:
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran
siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan
sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk
memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat
digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan
kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan
melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan
membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah,
praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan
pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan
proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa
lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk
menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi serta tindak lanjutnya.
Sebagai contoh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata
pelajaran produktif dengan kompetensi
dasar mengidentifikasi sistem starter. Dimana untuk memperdalam materi
fungsi dan komponennya dengan mendatangkan teknisi dari dealer resmi Mitsubishi
dan paham akan materi tersebut sesuai dengan spesifikasi pabrik kendaraan
tersebut. Menghadirkan nara sumber tersebut ke dalam bengkel pada waktu jam
pelajaran. Disamping itu guru kita ikut bantu menyediakan alat-alat yang
dibutuhkan demi kelancaran proses pembelajaran untuk mencapai pemahaman
kompetensi yang diharapkan
2. Secara ideal, ada 5 fungsi PSB.
Jelaskan dan berikan contoh kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan
oleh PSB dalam melaksanakan kelima fungsi tersebut!
JAWABAN:
Fungsi-fungsi PSB terdiri dari; fungsi Administratif, Fungsi Pengembangan
Sistem Instruksional, Fungsi Pelayanan Media Pembelajaran, Fungsi Produksi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan PSB dalam melaksanakan fungsi-fungsi PSB antara
lain:
a. Fungsi
Pengembangan Sistem Instruksional.
Fungsi ini membantu lembaga atau para guru/fasilitator secara
individual dalam membuat rancangan (desain) dan memilih alternative untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.Kegiatan yang
dilakukan untuk merealisasikan fungsi ini adalah:
· Menyusun
kontrak atau jadwal pembelajaran;
· Identifikasi
pilihan pembelajaran;
· Pemilihan
peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran;
· Pelatihan
pengembangan sistem pembelajaran bagi para guru;
· Merencanakan
program media;
· Membuat
instrument evaluasi sistem pembelajaran;
· Merevisi
program; dan lain-lain
b. Fungsi
Pelayanan Media Pembelajaran
Fungsi ini berkaitan dengan pembuatan rencana program
media dan pelayanan pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan peserta
didik. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
· Pemanfaatan
media pembelajaran, baik secara individual, kelompok kecil maupun kelompok besar.
· Pelayanan
perpustakaan baik cetak maupun non cetak;
· Pelayanan
pemeliharaan peralatan dan bahan;
· Pelayanan
pembelian bahan-bahan dan peralatan;
· Pelayanan
konsultasi; dan lain-lain.
Pelayanan yang diberikan dalam kaitan ini sesungguhnya
sama dengan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan di dalam membantu guru
dan peserta belajar/siswa berupa peminjaman bahan-bahan cetakan untuk
memudahkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Bahan-bahan yang dikoleksi
Pusat Sumber Belajar yang dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta belajar
dapat dibeli di tempat-tempat yang menjual bahan atau media yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran di sekolah/madrasah misalnya toko buku, toko VCD dan
atau kaset rekaman audio/video, atau dapat diperoleh melalui hibah dari
lembaga-lembaga yang ada hubungannya dengan pendidikan/sekolah/madrasah seperti
departemen, kedutaan luar negeri, dan sebagainya. Dalam jangka panjang tentunya
PSB sendiri harus makin bertumbuh sehingga mempunyai kemampuan sendiri untuk
memproduksi berbagai jenis media dan bahan belajar yang benar-benar dibutuhkan
sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
c. Fungsi
Pelatihan
Fungsi ini berhubungan dengan upaya meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia (SDM) baik untuk pengelola PSB maupun masyarakat
pengguna.
Fungsi pelatihan ditujukan untuk membantu para guru
yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan
mengembangkan bahan belajar/media pembelajaran
d. Fungsi
Produksi
Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan bahan
pembelajaran atau media pembelajaran yang belum tersedia atau tidak dapat
diperoleh dari pasaran. Kegiatan untuk melaksanakan fungsi ini dapat dilakukan
antara lain:
· Membuat
program media audio pembelajaran;
· Membuat
program media video pembelajaran;
· Pengembangan
sistem jaringan televisi sekolah atau kampus;
· Pembuatan
media transparansi untuk OHP;
· Produksi
photografi (slide, film strip);
· Reproduksi
photografi; pengembangan program CAI atau multimedia;
· Pengembangan
program pembelajaran melalui internet; dan lain-lain.
e. Fungsi
Administrasi
Fungsi ini berhubungan dengan pengelolaan dan
cara-cara pencapaian tujuan dan prioritas program yang akan dilaksanakan serta
akan melibatkan semua staf dan pengguna PSB. Kegiatan yang dilakukan untuk
menunjang fungsi ini antara lain:
· Supervisi
terhadap tenaga media;
· Pengembangan
koleksi media pembelajaran;
· Pengembangan
tenaga untuk menangani fasilitas baru;
· Penyusunan
rencana dan program PSB;
· Pengembangan
sistem informasi tentang koleksi media pembelajaran yang ada;
· Pemeliharaan
kelangsungan pelayanan produksi media pembelajaran;
· Pemeliharaan
bahan, peralatan dan fasilitas
· Penyusunan
laporan program atau kegiatan PSB.
3. Model PSB di sekolah yang ideal
adalah PSB Type A. Deskripsikan kondisi perpustakaan di salah satu sekolah yang
anda kenal (sekolah tempat anda bertugas) dan jelaskan hal-hal apa saja yang
harus dilengkapi dalam rangka menjadi
PSB type A!
JAWABAN
:
Pusat Sumber Belajar (PSB)
merupakan pemusatan secara terpadu berbagai sumber belajar yang meliputi orang,
bahan, peralatan, fasilitas lingkungan, tujuan dan proses. Secara umum PSB
berisi komponen-komponen perpustakaan, pelayanan audio-visual, peralatan dan
produksi, tempat berlatih mengembangkan kegiatan program instruksional dan
tempat mengembangkan alat-alat
bantu dalam pengembangan sistem instruksional. Aspek penting dalam pengelolaan
ini adalah peralatan, kepemimpinann, dan struktur administrasi lembaga, yang
tercermin dalam struktur organisasi. Secara lengkap berikut analisis saya
tentang keberadaan Pusat Sumber Belajar di SMK
Negeri 3 Lubuklnggau :
PERBANDINGAN KONDISI IDEAL PSB TYPE A DAN KONDISI PENGELOLAAN SUMBER
BELAJAR DI SMK
NEGERI 3 LUBUKLINGGAU
NO
|
PSB (IDEAL) TYPE A
|
KONDISI SMK NEGERI 3
LUBUKLINGGAU
|
STRUKTUR ORGANISASI
|
||
1
|
|
|
KETENAGAAN
|
||
2
|
Ketenagaan PSB Tipe A
|
Ketenagaan pada
perpustakaan SMK Negeri 3 Lubuklinggau antara lain :
§ 1 (satu) orang kepala perpustakaan yang berkualifikasi pendidikan S1
Pendidikan (Pendidikan Kimia).
§ 3 (tiga) orang tenaga
perpustakaan yang terdiri dari :
(1). 2 (dua) orang bertugas dalam pelayanan
teknis, yaitu :
- 1
(satu) orang berkualifikasi pendidikan S1 Pendidikan (Pendidikan Bahasa Indonesia).
- 1
(satu) orang berkualifikasi pendidikan S1 Ekonomi (Ekonomi Manajemen).
(2). 1 (satu) orang bertugas dalam pelayanan
pengguna dengan kualifikasi pendidikan SMA.
|
SARANA
DAN PRASARANA
|
||
3
|
Ruangan PSB Berbasis Sekolah Tipe A :
a.
Katalog/resepsionis;
b.
Pimpinan/koordinator;
c.
Sekretariat;
d.
Informasi;
e.
Pengembangan Pembelajaran (Instruksional);
f.
Pengembangan Media;
g.
Evaluasi Produk Media;
h.
Peminjaman dan Penyimpanan;
i.
Laboratorium;
j.
Laboratorium multimedia dan internet; ..
k.
Bengkel/Praktek (untuk SMK);
l.
Pelatihan;
m.
Perpustakaan;
n.
Presentasi Media Audiovisual.
|
Ruang yang berkaitan dengan “Pusat Sumber Belajar” di
SMK NEGERI 3 Lubuklinggau :
a.
Ruang repsionis sekolah
b.
Ruang Kepala Sekolah
c.
2 Ruang Wakil Kepala Sekolah
d.
8 Ruang Bengkel (TKR, TSM, TAV, TKJ, TGB, Komputer, Gambar,
Bahasa)
e.
1 Ruang Perpustakaan
f.
1 Ruang Meeting
g.
1 Ruang Guru
h.
1 Ruang Gudang
i.
1 Ruang Server
|
4
|
Peralatan Pendukung PSB Berbasis Sekolah Tipe A :
Ø Peralatan Pendukung
a.
Rak-rak buku;
b.
Lemari katalog;
c.
Meja dan kursi baca;
d.
Meja peminjaman;
e.
Meja pelayanan pengguna (front office);
f.
Meubeler berupa sofa; dan
g.
Meja dan kursi untuk petugas.
Ø Peralatan Media:
Ø Peralatan Penyaji (hardware):
Ø Peralatan Laboratorium untuk
Biologi, Fisika, Kimia, dan Bahasa.
Ø Bahan Ajar (Software)
|
Peralatan pendukung di SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang
sudah dimiliki :
1.
Rak-rak buku; Lemari katalog; Meja dan kursi baca; Meja peminjaman;
Meja pelayanan pengguna (front office); Meubeler berupa sofa; dan Meja dan
kursi untuk petugas. Semuanya berada di ruang perpustakaan;
2.
Peralatan media semua berada di ruang TRRC dengan rincian
sebagai berikut:
a.
Kamera Video standar broadcast
1 buah
b.
Kamera handycame 2 buah
c.
Kamera foto digital 2 buah
d.
Komputer editing multimedia 1
unit
3.
Peralatan penyaji dikoordinasi oleh Waka Sarpras dengan rincian sebagai berikut :
a.
Laptop (semua guru yang
berkenan di pinjami laptop)
b.
LCD Projector setiap kelas belum tersedia dan ada beberapa LCD yang standby
di ruang bengkel yang
bisa digunakan guru sewaktu waktu
c.
Komputer di ruang waka, TU, dan lab Komputer
d.
TV dan audio system di ruang
Guru, dan resepsionis
4.
Peralatan Bengkel yang
tersedia masih kurang lengkap tiap bengkel
Ø Bahan Ajar (Software)
|
Dengan perbandingan tersebut diatas, secara garis
besar dapat di simpulkan sebagai berikut:
1.
Di SMK Negeri 3 Lubuklinggau Pusat Sumber Belajar tidak di sebutkan secara
jelas, namun demikian fungsi-fungsi PSB sudah dijalankan tetapi belum
terintegrasi dengan baik. Sebagai contoh,
Di SMK Negeri 3 Lubuklinggau masih jauh
dengan fungsi pengembangan type A. Sehingga perlu dilakukan penyesuaian menjadi
Pusat Sumber Belajar;
2.
Pengorganisasian sumber belajar masih
secara terpisah sesuai dengan bidang masing-masing, sehingga
kadang ada salah satu bidang yang maju tetapi disatu sisi masih ada yang
belum jalan. Menurut saya hal ini salah satunya disebabkan oleh tidak adanya
koordinasai dalam pengelolaan sumber belajar secara terintegrasi. Walaupun
secara terpisah, sebaiknya perlu dibentuk satu unit yang mengorganisasikan pengelolaan sumber
belajar secara terintegrasi;
3.
Menurut hemat saya, fasilitas
ruangan yang di SMK Negeri 3 Lubuklinggau sudah ideal, sehingga
pada prinsipnya tidak mengalami kendala dalam menjalankan fungsi PSB secara
ideal, misalnya pada ruang meeting dan ruang Perpustakaan
memungkinkan sekali guru/warga sekolah untuk mengembangkan dan mengevaluasi
media. Peminjaman Alat peraga dan media dipusatkan perbidang, misal tentang
fisika, ruang Laboratorium sangat memungkinkan untuk peminjaman dan penyimpanan
media tentang fisika dan lain
sebagainya. Pada prinsipnya ruang yang ada di SMK
Negeri 3 Lubuklinggau
tidak mengalami kendala dalam menjalankan fungsi PSB secara ideal;
4.
Menurut hemat saya, peralatan yang ada di SMK
Negeri 3 Lubuklinggau sudah ideal, sehingga pada
prinsipnya tidak mengalami kendala dalam menjalankan fungsi PSB secara ideal,
misalnya pada ruang meeting dan ruang Perpustakaan
memungkinkan sekali guru/warga sekolah untuk memproduksi media pembelajaran.
Peminjaman Alat peraga dan media dipusatkan perbidang, misal tentang fisika,
ruang Laboratorium sangat memungkinkan untuk peminjaman dan penyimpanan
media tentang fisika dan lain
sebagainya. Pada prinsipnya peralatan yang ada di SMK Negeri 3 Lubuklinggau tidak mengalami kendala
dalam menjalankan fungsi PSB secara ideal. Namun satu yang perlu dilakukan agar
lebih optimal adalah adanya koordinasi antar bidang untuk menjalankan fungsi
masing-masing secara optimal.
4. Berikan satu contoh sumber
belajar atau pusat sumber belajar terkini di sekolah anda dan lakukan evaluasi
terhadap pemanfaatan dan pengelolaannya!
JAWABAN:
Keberadaan
perpustakaan sekolah di lingkungan sekolah masih kurang mendapat perhatian. Hal
ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga
pendidikan, khususnya pada tingkat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Dasar.
Dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa dari 50 sekolah yang diteliti,
ternyata 8 sekolah diantaranya tidak mempunyai perpustakaan. bagaimana siswa
dapat menghasilkan karya dan mengukir prestasi jika di sekolahnya tidak
tersedia perpustakaan? Kondisi ini menyiratkan bahwa perhatian penentu
kebijakan di lingkungan sekolah belum memprioritaskan perpustakaan sekolah
sebagai program sekolah yang perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar.
Sementara itu
dalam kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang
kegiatan belajar siswa dan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut
guru untuk lebih aktif dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam
mengembangkan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk
itu pada setiap satuan unit sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang
mampu berfungsi dengan baik.
Secara
sederhana pengertian perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi sumber
belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku
yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya
mengembangkan kemampuan dan kecakapannya. Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007, perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka.
Dari pengertian tersebut, hakikat perpustakaan adalah pusat sumber belajar dan
sumber informasi bagi pemakainya
Jika
dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas
siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Melalui penyediaan
perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik
maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian
integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama-sama dengan
komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan
pengajaran. Melalui perpustakaan siswa dapat mendidik dirinya secara
berkesinambungan. Secara umum perpustakaan sekolah sangat diperlukan
keberadaanya dengan pertimbangan bahwa:
1. perpustakaan merupakan sumber belajar,
2. merupakan salah satu komponen sistem instruksional,
3. sumber untuk menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran,
4. sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan siswa dapat mempertajam dan
memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi.
Jika dikaitkan dengan pengertian
sumber belajar, maka perpustakaan merupakan salah satu dari berbagai macam
sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah.
Mengacu pada definisi sumber
belajar yang diberikan oleh Association for Education Communication Technology (AECT) maka pengertian sumber belajar adalah berbagai sumber baik itu
berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam
belajar baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Ditinjau dari segi
pendayagunaan, AECT membedakan sumber belajar menjadi dua macam yaitu:
1. sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber
belajar yang dirancang tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide,
film, video dan sebagainya yang memang dirancang untuk membantu mencapai tujuan
pembelajaran tertentu,
2. sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk
membantu mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat disekeliling kita
dan jika suatu saat kita membutuhkan, maka kita tinggal memanfaatkannya. Contoh
sumber belajar jenis ini adalah tokoh masyarakat, toko, pasar, museum.
Mengacu pada
definisi AECT tentang sumber belajar, maka sumber belajar jenis pertama yaitu
sumber belajar yang sengaja dibuat untuk membantu pencapaian tujuan belajar
perlu disimpan untuk didayagunakan secara maksimal. Penyimpanan berbagai sumber
belajar tadi ditempatkan dan diorganisasikan di perpustakaan. Dengan demikian
maka perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan di lingkungan
berbagai lembaga, termasuk sekolah guna membantu tercapainya setiap upaya
pembelajaran.
Evaluasi Pemanfaatan dan Pengelolaannya
Kelembagaan Perpustakaan Sekolah
Sebenarnya
yang paling hakiki dari perpustakaan adalah bagaimana menciptakan kondisi di
sekolah melalui perpustakaan agar dapat membantu warga sekolah dalam proses
belajar mengajar. Lebih jauh diharapkan perpustakaan sekolah dapat menciptakan
atmosfir sekolah yang kondusif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah. Melalui perpustakaan sekolah dapat mendorong tumbuhnya daya kreasi dan
imajinasi anak melalui berbagai bacaan yang tersedia di perpustakaan. Untuk
bisa menciptakan kondisi tersebut kelembagaaan perpustakaan sekolah haruslah
dapat mendukung peran dan tugas yang harus diembannya. Secara umum kelembagaan
perpustakaan sekolah masih mengalami kendala yang disebabkan berbagai faktor
sebagai berikut:
1. Belum dipikirkannya posisi perpustakaan sekolah sebagai unit yang strategis
dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
2. Minimnya dana operasional pengelolaan dan pembinaan perpustakaan sekolah,
3. Terbatasnya sumber daya manusia, dan bahkan amat terbatasnya sumber daya
manusia yang mampu mengelola perpustakaan serta mengembangkannnya sebagai
sumber belajara bagi siswa dan guru,
4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah. Pada umumnya perpustakaan sekolah
terdiri dari buku pelajaran yang merupakan droping dari pemerintah,
5. Minat baca siswa yang masih belum menggembirakan, walaupun pemerintah telah
mencanangkan berbagai program seperti bulan buku nasional, hari aksara, wakaf
buku dan sebagainya,
6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan masih kurang, bahkan
keberadaan perpustakaan hanya sebagai pelengkap,
7. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk dalam hal ini
adalah ruang perpustakaan sekolah.
8. Belum adanya jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum,
9. Kegiatan belajar mengajar belum memanfaatkan perpustakaan secara maksimal
dalam arti guru “tidak terlalu sering” memberikan tugas-tugas kepada siswa yang
terkait dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah.
Untuk
mengatasi masalah tersebut perpustakaan memang perlu mendapat perhatian.
Sekolah perlu melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dapat berjalan paling
tidak sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Standar yang telah
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional perlu dijadikan acuan. Namun
itu semua perlu disesuaikan dengan kondisi sekolah. Ada beberapa cara mengatasi
atau boleh dikatakan menyiasati dari kondisi yang kurang mendukung. Misalnya
masalah ruangan perpustakaan dan tenaga pengelola. Dengan segala
keterbatasanya, banyak sekolah yang telah memiliki fasilitas ruang
perpustakaan, namun juga banyak sekolah yang belum memiliki ruangan
perpustakaan. Untuk mengatasi masalah belum adanya ruang perpustakaan, koleksi
di pindahkan ke kelas yang mencerminkan kebutuhan kelas dan dibawah pengawasan
wali kelas. Pada kondisi ini diperlukan kedisiplinan administrasi agar buku
dapat dikontrol setiap saat. Siapa yang meminjam dan kapan harus kembali.
Konsep perpustakaan kelas sudah diterapkan di beberapa sekolah yang tidak
memiliki ruangan perpustakaan. Masalah dana misalnya, dapat diatasi dengan
mengadakan kerjasama dengan Komite Sekolah. Perlu adanya pendekatan dengan
Komite Sekolah dan menyampaikan program-program sekolah termasuk didalamnya
adalah program pengembangan perpustakaan. Perpustakaan perlu mendapat dukungan
dana tetap dari Komite Sekolah sehingga koleksinya dapat ditambah setiap
periode tertentu. Tanpa ada penyegaran koleksi perpustakaan menjadi kering dan
kurang menarik minat siswa untuk datang dan memanfaatkannya.
Beberapa
pakar bidang perpustakaan mengatakan mendirikan perpustaakaan itu mudah, tetapi
untuk menjaga kelangsunganya diperlukan kerja serius dengan program yang jelas
dan terarah. Karena dalam pelaksanannya banyak tantangan dan itu harus diatasi
agar perpustakaan terus dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
Strategi
Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Melihat
fungsi perpustakaan yang demikian penting dan adanya kenyatan bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah belum
berjalan dengan baik, untuk itu diperlukan srategi pengembangan perpustakaan
sekolah dengan baik. Tentunya pengembangan perpustakaan sekolah harus berangkat
dari inisiatif sekolah itu sendiri. Adapun optimalisasi peran perpustakaan
melalui pengembangan perpustakaan sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Status organisasi, perlu ada pemantapam status organisasi perpustakaan
sekolah,
2. Pembiayaan, perlu adanya anggaran yang memadahi yang dapat digunakan untuk
operasional perpustakaan sekolah,
3. Gedung dan atau ruang perpustakaan, perlu ada ruangan yang representatif
sehingga keberadaan perpustakaan sekolah mampu menunjang kegiatan KBM di
sekolah,
4. Koleksi bahan pustaka, perlu disesuaikan dengan kebutuhan minimun
sekolah yang mengacu pada kurikulum dan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
5. Peralatan dan perlengkapan, perlu disesuiakan dengan kebutuhan perpustakaan
sekolah sehingga perpustakaan dapat berjalan dengan baik
6. Tenaga perpustakaan, mempunyai kualifikasi yang memadahi untuk pengelolaan
perpustakaan sekolah.
7. Layanan perpustakaan, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jika mungkin ada
layanan diluar jam-jam belajar siswa, sehingga siswa dapat memanfaaatkan
perpustakaan dengan baik.
8. Promosi, perlu dilakukan dengan berbagai cara agar perpustakaan menarik
bagi siswa.
Peluang
Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Dari berbagai
jenis perpustakaan, perpustakaan sekolahlah yang paling banyak
mendapat sorotan, karena dinilai oleh banyak pihak masih perlu mendapat
perhatian. Hal senada pernah dinyatakan oleh Kepala Perpustakaan Nasional
RI bahwa perpustakaan sekolah perlu mendapat perhatian dari pihak yang
berkompeten, karena secara umum keberadaanya belum berfungsi sebagaimana
mestinya.
Jika
perpustakaan sekolah akan difungsikan sebagai penunjang proses belajar siswa,
maka perlu ada upaya untuk lebih mendayagunakan perpustakaan tersebut. Berikut
ini beberapa cara untuk lebih memberdayakan keberadaan perpustakaan di
lingkungan sekolah:
1. perlu upaya untuk menciptakan “penguatan kelembagaan” terhadap perpustakaan
sekolah,
2. perlunya diciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas
yang tersedia di perpustakaan,
3. perlu upaya melibatkan guru dalam pemilihan koleksi perpustakaan yang akan
dibeli, sehingga guru tahu koleksi yang dimiliki perpustakaan,
4. promosi dan pemasyarakatan perpustakaan dengan mengambil even-even khusus
seperti pada hari peringatan nasional,
5. perlu diupayakan adanya jam belajar di perpustakaan, sehingga siswa
terbiasa memanfaatkan perpustakaan,
6. perlunya pemberian rangsangan kepada siswa agar termotivasi untuk
memanfaatkan perpustakaan, misalnya penghargaan terhadap siswa yang meminjam
buku paling banyak dalam kurun waktu tertentu.
Pengembangan
Kebiasaan Membaca melalui Perpustakaan Sekolah
Untuk
mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar perlu diciptakaan atmosfir
sekolah yang menunjang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah adanya
pengembangan program kebiasaan membaca untuk menumbuhkan minat membaca siswa.
Diharapkan penyediaan sarana untuk peningkatan kegemaran membaca siswa akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan membaca. Keterampilan
membaca dan dan kegemaran membaca memiliki hubungan yang saling mendukung.
Upaya-upaya peningkatan minat membaca perlu dilakukan baik oleh guru dengan
tujuan agar siswa mempunyai kemauan untuk melakukan kegiatan membaca sesering
mungkin di luar kelas.
Pada
lingkungan sekolah perpustakaan mempunyai peran yang sangat strategis dalam hal
penyediaan fasilitas untuk meningktkan minat baca siswa. Minat dan kegemaran
membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak
dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara
dibentuk. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan
kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini: anak didik, guru
sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, sekolah dengan berbagai program
kegiatan yang dapat menunjang pengkondisian tumbuhnya minat dan
kegemaran membaca, orang tua di rumah, lingkungan masyarakat di luar sekolah
dan rumah, lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan
minat dan kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca,serta
pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya kegiatan
bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional pada
setiap bulan September, hari kunjung perpustakaan yang jatuh pada bulan
September, kegiatan tersebut bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dan
kegemaran membaca.Sebagai contohnya Perpusda bantul selalu mengadakan lomba
minat baca untuk siswa SD, SMP, SMA untuk buku-buku yang mendukung pembelajaran
di sekolah.
Motivasi yang
berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal, sedangkan dorongan
dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan merumuskan
strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka dua model
strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang didasarkan
pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi eksternal.
Peran
perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca.
Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan
bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Pada
aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di lingkungan anak usia
sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang
dan pikat. Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk
mulai menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk
mengkondisikan perlunya penyediaan materi bacaan yang sesuai dengan
perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus
mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa melalui perpustakaan adalah:
1. Menyediakan bahan bacaan yang diminati siswa, yang sesuai dengan keragaman
tingkat perkembangan anak.
2. Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa
melalui penataan yang bagus, dengan pelayanan yang ramah,
3. Membuat promosi dan kegiatan pengembangan minat dan kegemaran membaca
dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah,
4. Memberikan tugas tambahan kepada siswa di luar kelas. Pemberian tugas
tambahan ini tentunya berkaitan dengan terbatasnya jam pelajaran di dalam
kelas. Oleh sebab itu guru sebaiknya senantiasa mendorong siswa untuk lebih
banyak membaca di luar jam-jam sekolah (di rumah). Tugas membaca dapat dipantau
dengan membuat laporan, resensi buku, atau membuat laporan garis besar isi buku yang
telah dibacanya (sinopsis) dengan memanfaatkan bacaan yang tersedia di
perpustakaan,
5. Tersedianya waktu bagi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan baik secara
perseorangan maupun klasikal yang sekaligus merupakan jam belajar di
perpustakaan.
6. Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar