"Mencerdaskan Bangsa Melalui Teknologi Pendidikan..."

Kamis, 30 Desember 2010


REVIEW MATERI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

I.        PENGANTAR  DAN PENGERTIAN PSIKOLOGI
Ditinjau dari bahasa, psikologi berasal dari Psyche berate jiwa, dan Logos berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Psikologi sering diterjemahkan Ilmu Pengetahuan tentang jiwa...........
Menurut Gerungan ( dalam Khodijah, 2006 : 1), ilmu jiwa berbeda dengan psikologi dalam dua hal:
  1. Ilmu jiwa adalah istilah dalam bahasa Indonesia dikenal dan digunakan secara luas, sedang psikologi merupakan istilah  scientific
  2. Ilmu jiwa meliputi semua pemikiran,
    pengetahuan, tanggapan, juga hayalan dan spekulasi tentang jiwa, sedangkan psikologi meliputi ilmu pengetahuan tentang jiwa yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
 Beberapa definisi Psikologi, antara lain:
  1. Wilhelm Wundt, menurutnya Psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia, tatapi definisi ini sangat membatasi ruang lingkup psikologi karena tidak disadari seperti mimpi dan tidur dianggap bukan sebagai bidang kajiannya
  2. Woodworth dan marquis, menurutnya psikologi sebagai ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif dan emosional.
  3. Branca, menurutnya psikologi sebagai ilmu tentang prilaku
  4. Sartain, dkk, menurutnya Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia.
  5. Knight dan Knight, menurutnya psikologi Studi sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan social
  6. Morgan dkk, menurutnya Psikologi adalahilmu tentang perilaku manusia dan hewan, namun penerapannya ilmu tersebut pada manusia
Dari definisi para ahli di atas dapat di simpulkan:
1.       Sebuah ilmu
2.       Yang mempelajari aktivitas-aktivitas atau gejala-gejala psikis
3.       Yang tercermin dalam perilaku manusia dan hewan
4.       Aplikasinya untuk mengatasi problem-problem yang dialami oleh manusia

II.      YANG DIPELAJARI DALAM PSIKOLOGI
  • Segala kegiatan /tindakan/perbuatan manusia baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, disadari maupun tidak disadari, disengaja maupun tidak disengaja
  • Interaksi manusia dengan manusia lainnya, atau dengan bukan manusia ( hewan, tumbuhan, iklim, kebudayaan, dst)

III.    TINGKAH LAKU MANUSIA
v     Tingkah laku nyata (eksplisit, terbuka)
Tingkah laku yang bias di amati : berbicara, menangis, tertawa, lari, tidur, bernyanyi, berteriak, gugup, dst
v     Tingkah laku tidak nyata ( implisit, tertutup)
Tingkah laku yang tidak bias diamati, namun indikatornya bias diamati: berpikir, mengingat, merasakan, berkhayal, berkehendak, sedih, senang, susah, kecewa, pasrah, berani, takut, malu, sombong, bangga, dongkol, iri, dengki, dstnya

IV.    PENGELOMPOKAN PSIKOLOGI
ü      Psikologi Metafisika
Penyelidikan tentang hakikat kejiwaan ( Plato dan Aristoteles)
ü      Psikologi Empiris
Penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan/ pengumpulan data
Psikologi empiris dapat dibagi lagi atas:
a.       Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya.
b.      Psikologi khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya. Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi, antara lain:
·        Psikologi Perkembangan
·        Psikologi Pemuda
·        Psikologi Kodokteran (Patho psikologi)
·        Psikologi Kriminil
·        Psiko-Teknik
·        Karakterologi (ilmu watak)
·        Psikologi Pendidikan
·        Psikologi Sosial
·        Psikologi Gestalt
·        Behaviorisme
·        Psikologi Ketidaksaran (Psikoanalisa, Individual Psikologi dan Analitise Psikologi)

V.      HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA
Ø      Psikologi dan Antropologi
Antropologi berarti ilmu tentang manusia. Antropologi dapat dibagi menjadi dua bagian: antropologi fisik dan antropologi kebudayaan. Antropologi fisik berhubungan dengan ciri-ciri fisik dari berbagai manusia di dunia (mempelajari bermacam-macam ras, warna kulit, bentuk dan warna rambut, besar dan berat otak, ciri-ciri fisik lainnya, dan juga sifat-sifat intelektual dan emosional dari suatu kelompok manusia).
Antropologi kebudayaan berhubungan dengan berbagai kebudayaan, kepribadian yang tipikal yang terdapat dalam tiap kebudayaan, pengaruh-pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian seseorang dan masyarakat

Ø      Psikologi dan Sosiologi
Menurut Bouman ( dalam Walgito, 1997 : 15) Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hidup manusia dalam hubungan golongan, hubungan psikologi dengan sosiologi yaitu tentang perilaku atau tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu bertingkah laku atau berbuat yang selaras dalam hidup bermasyarakat.
Ø      Psikologi dan Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang ada dalam tubuh manusia (seperti: fungsi perut dan hati, limpa dan empedu) dan berbagai sistem peredaran (seperti: peredaran makanan, peredaran darah).  Juga mempelajari bagaimana organ-organ dan sistem-sistem peredaran itu berinteraksi satu sama lain. Psikologi mempelajari/menyelidiki mengenai pesona individu sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani


DAFTAR PUSTAKA


Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Walgito, Bimo.1997.  Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset









PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU
DAN
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

I.              PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU
Ilmu atau Saint adalah sekumpulan pengetahuan secara holistik yang tersusun secara sistematis yang teruji secara rasional dan terbukti empiris.
Karakteristik ilmu diperoleh melalui penelitian ilmiah , dimana psikologi memiliki:
a.   Objek tertentu
b.      Metode pendekatan atau penelitian tertentu
c.    Sistematik  yang teratur
d.      Riwayat dan sejarah tertentu
Kajian ilmu ada tiga yaitu
1. Ontologis
Secara ontologis ilmu digolongkan ke dalam dua kelompok besar:
a.       Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu ilmu yang mempelajari seluruh benda-benda alam ditunjau dari aspek-aspek fisik (fisika), Kimiawi (kimia), dan biologis (biologi).
b.      Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia ditinjau dari semua aspek kecuali tiga aspek (fisik, kimiawi dan biologis). Dalam kelompok ilmu pengetahuan sosial dibedakan antara lain: Sosiologi, Psikologi, Hukum, Ekonomi, Politik, Pendidikan, Bahasa, Sejarah, Seni, dst.
Karakteristik IPA dan IPS adalah sebagai berikut:
·        IPA
-         Eksak
-         Keakuratannya tinggi
-         Apa adanya
-         Perkembangan pesat
-         Menghasilkan teknologi
·        IPS
-         Non eksak
-         Keakuratannya rendah
-         Tidak apa adanya
-         Jalan di tempat
-         Pemanfaatan teknologi
2.       Epostemologis
Ilmu diperoleh melalui penelitian ilmiah dengan mengunakan metode ilmiah (scientific method), dimana metode ilmiah dilakukan secara sistematis, yakni:
·        Timbul permasalahan
·        Kajian teoritis
·        Hipotesis
·        Pengumpulan data
·        Pengolahan/analisis data
·        Pengujian hipotesis
·        Kesimpulan/generalisasi
3.       Aksiologis
Secara aksiologis ilmu berfungsi untuk menjelaskan peristiwa yang telah terjadi, memprediksi dan mengendalikan suatu kejadian mungkin terjadi.
     Pada kajian Ilmu ( kebenaran ilmiah ) , sebagai berikut:
*      Sesuai dengan akal fikiran manusia
*      Sesuai dengan hasil penginderaan manusia
*      ( Dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan diraba)
Ciri-ciri ilmu ( kebenaran ilmiah )
*      Obyektif : sesuai obyeknya
*      Sistematis : Ada suatu keteraturan
*      Metodologis : Ada caranya
*      Relatif : Tidak mutlak
*      Tentatif : Tetap dipertahankan sebelum ada yang membantahnya atau ditemukannya ilmu yang baru
*      Skeptis : Ragu ( ilmu bermula dari suatu keraguan)
   Ada tiga faktor dalam Keterbatasan Ilmu :
*      Terbatas pada daya pikir manusi ; Hal – hal yang tidak masuk akal, bukan bidang kajian ilmu
*      Terbatas pada kemampuan penginderaaan manusia
*      Hal  - hal yang tidak bisa dia amati bukan bidang kajian ilmu
Obyek-obyek psikologi dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1.       Obyek material, yakni objek yang dipandang secara keseluruhannya, obyek material psikologi adalah manusia.
2.       Obyek formal, obyek jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi. Misalnya:
·       Pada zaman yunani s.d abad pertengahan, obyek formalnya adalah hakekat jiwa.
·       Pada masa Descartes, obyek formalnya ialah gejala-gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita, antara lain tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan sebagainya.
·       Pada aliran Behaviorisme (di Amerika pada awal abad 20), yang menjadi obyek psikologi ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriah).
·       Pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyek formalnya adalah gejala-gejala ketikdasaran manusia.
Metode Penelitian ada dua macam , yaitu :
1.       Longitudinal, yaitu metode penelitian dalam psikologi yang prosesnya secara terus – menerus , Contoh : Daniel Golmen ( Emotional Question )
2.       Cross – Sectional, yaitu metode yang tidak mengikuti semuannya, tetapi pada satu  momen.
 Psikologi yang mula-mula tergabung dalam filsafat, akhirnya memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri, hal ini berkat jasa Wilhelm Wundt yang memberikan laboratorium psikologi yang pertama-tama pada tahun 1879 untuk menyelidiki peristiwa-peristiwa kejiwaan secara eksperimental.
            Wundt lah yang memulai penyelidikan psikologi secara laboratorium eksperimental yang secara intensif dan sistematis. Laboratorium Wundt menjadi pusat penyelidikan dari banyak ahli untuk mengadakan eksperimen-eksperimen antara lain Kreeplin, Kulpe, Meumann, Marble sehingga berubahlah psikologi yang tadinya bersifat filosofik menjadi psikologi yang bersifat empirik.
II.            RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Ø      Mempelajari gejala- gejala kejiwaan manusia pada umumnya
Ø      Mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan/tujuannya.
Ø      Psikologi ini bermacam-macam:
a. Psikologi perkembangan, yaitu cabang psikologi yang khusus mempelajari perkembangan psikis manusia mulai dari masa dalam kandungan (pre – natal) hingga masa lanjut usia
  1. Psikologi Pendidikan, yaitu cabang psikologi yang khusus mengurai aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan
  2. Psikologi Sosial, yaitu membicarakan tentang prilaku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannyadengan situasi social
  3. Psikologi Kepribadian, yaitu:mengurai tentang kepribadian manusia termasuk tipe-tipe kepribadian
  4. Psikologi Industri, yaitu membicarakan tentang perilaku manusi di bidang industri atau perusahaan
  5. Psikopatologi, yaitu mengurai mengenai keadaan psikis yang abnormal ( tidak normal)



DAFTAR PUSTAKA


Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Walgito, Bimo. 2005Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset
















ALIRAN – ALIRAN DALAM PSIKOLOGI


I.              STRUKTURALISME
Dipelopori oleh Wilhelm Wundt ( 1832 – 1920 )
Teori        :  Psikologi merupakan pengalaman manusia yang dipelajari dari  sudut pandang pribadi  yang mengalaminya.
Metode    :  Intropeksi Diri / Mawas Diri
(Subjek penelitian diminta untuk menceritakan kembali              pengalaman-pengalamannya atau perasaannya setelah melakukan suatu  tindakan)
Objek Utama  : Kesadaran
Tujuan      : Menyelidiki Apa, Bagaimana, dan Mengapa terjadi pengalaman atau kesadaran tadi.
               1.  Apa (Isi pengalaman dan Analisa masalah)
               2.  Bagaimana (Cara proses mental yang saling berkaitan)
                3.  Mengapa (Hubungan sebab akibat antara proses mental 
                    dan pengalaman)
Wilhelm wundt berpendapat bahwa kesadaran di bagi dua yaitu :
1.       Penginderaan
Ialah penangkapan terhadap rangsangan yang dating dari luar dan dapat di analisa sampai elemen – elemen yang terkecil, misalnya : rasa ( indera ), Perasaan ( Afektif ), Gambaran (Images)
2.       Perasaan
Ialah sesuatu yang dimiliki dalam diri kita yang tidak selalu dipengaruhi dan bukan reaksi langsung dari rangsangan luar

II.            FUNGSIONALISME
Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi  yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi, indrawi,emosi.
*      Pertama kali dipelopori oleh William James ( 1842 – 1920 )
*      Teorinya        :
Psikologi merupakan proses mental dan tidak sebagai potongan – potongan statis dari kesadaran
*      Metode          :
Observasi tingkah laku
-         Fisiologi ( proses Faal atau dalam tubuh )
-         Variasi kondisi ( lingkaran yang berbeda )
( suatu rangsangan yang diberikan beberapa kali dalam situasi dan lingkungan yang berbeda – beda dapat dilihat perbedaan reaki yang timbul dalam kondisi yang berbeda maka dapat diketahui sifat-sifat yang menetap ataupun tidak menetap diri seseorang )
*      Objek utama : Gejala mental ( perbuatan atau proses )
*      Tujuan            :
      Menyelidiki mengapa, dan buat apa suatu tingkah laku dilakukan ,   
      subjek
*      Perbedaan antara fungsionalisme dangan strukturalisme
-         Terletak pada cara pendekatannya, strukturalisme mendekati suatu gejala psikis secara struktural artinya pengalaman–pengalaman kesadaran di analisis dalam unsur – unsurnya, sedangkan funsionalisme mendekati suatu gejala psikis secara fungsional, pengalaman kesadaran dilihat dalam hubungan dengan fungsinya hidup dan fungsinya untuk menyesuaikan diri baik secara psikis  maupun sosial
-         Strukturalisme memperhatikan jiwa seseorang sedangkan fungsionalisme lebih menitikberatkan aksi dari seseorang
-         Strukturalisme adalah tujuan atau akhir dari suatu aktivitas, sedangkan fungsionalisme mempelajari fungsi dari tingkah laku dan proses mental

III.          ASOSIASIONISME
v     Pelopor lama       : Thomas Hobbes
v      Teori Lama ; Menurutnya jiwa terdiri dari 3 bagian :
-         Sensation ( proses menerima rangsangan )
-         Recall ( proses mengingat kembali )
-         Association ( proses penggabungan dua rangsangan dan karena proses penggabungan itu maka seseorang dapat berpikir )
v      Metode yang digunakan Thomas Hobbes adalah:
Objel luar dari kita mempengaruhi alat dan fungsi indera kita melalui macam- macam bentuk rangsangan, misalkan cahaya atau suara ( physical motion ). Dilanjutkan proses kenangan ( fancy) dan apabila terjadi secara berurutan ( successive Assosiation ) maka terjadilah pemikiran
v     Pelopor baru        : E. L Thorndike
v     Teori baru ; Menurutnya ada beberapa hukum yakni :
-         Law of readiness ( kesiapan )
-         Lawa of exercise ( pengulangan )
-         Law of effect ( akibat )
v     Metode  E.L Thorndike adalah Trial and Error Learning sebagai prinsip dasar hukum efek ( law of effect )
v     Objek utama aliran ini adalah : pengalaman inderawi ( sensori )
v     Adapun tujuannya :
-         Dengan pengalaman atau perangsang dapat terjadi proses pemikiran
-         Dengan adanya kesiapan, pengulangan, maka akan menghasilkan kepuasan atau perilaku yang diinginkan

IV.          PSIKOANALISA
Ø      Dipelopori oleh : Signund Freud ( 1856 – 1939 )
Ø      Teorinya :            
 Kehidupan manusia di kuasai oleh alam   ketidaksadarannya.
Ø      Metode :
-         Dengan menggunakan mimpi sebagai bentuk ketidakasadaran
-         Proyeksi dengan meneliti kejadian masa lalu pernah terjadi yang kebanyakan tidak disadari
-         Hipnotis dengan membuat pasien setengah sadar sehingga lebih mudah melihat isi dari alam ketidaksadarannya.
Ø      Obyek utama : KETIDAKSADARAN
Ø      Sigmund Freud berpendapat bahwa Psikoanalisa terbagi 3:
-         Psikoanalisa sebagai teori kepribadian
Ø      Id  mengandung dorongan primitif yang megikuti prinsip 
kesenangantanpa memperdulikan akibatnya
Ø      Ego bertugas merealisasikan dorongan – dorongan dari Id yang berpegang pada prinsip kenyataan
Ø      Super Ego berisi kata- kata yang bertugas mengontrol dan menyensor dorongan – dorongan Id yang akan direalisasikan.
-         Psikoanalisa sebagai teknik evaluasi kepribadian
v     Fase Oral
v     Fasa Anal
v     Fase Genital
-         Psikoanalisa sebagai teknik terapi
o       Talking Cure, disini pasien mengeluarkan semua isi hatinya sehingga menimbulkan catharsis
o       Catharsis, yaitu suatu keadaan dimana pasien dengan bebas sekali mengemukakan semua masalahnya
o       Free Association, diberikan stimulasi kata – kata yang memungkinkan pasien bereaksi secara bebas terhadap kata – kata tersebut guna mengetahui konflik batin yang tidak di sadari
o       Hypnose, pasien dijadikan setengah sadar sehingga lebih mudah di lihat isi alam ketidaksadarannya

V.            BEHAVIORISME
*      Pelopor         : John Broadis Watson (1878-1958)
*      Teorinya        :
Psikologi adalah bagian yang benar–benar objektif – Eksperimentil dari pengetahuan alam
*      Metode          :
Waston berpendapat bahwa tingkah laku adalah kompleks dan dapat di analisa menjadi kesatuan stimulus da response yang di sebut refleks
*      Objek Utama  : Tingkah laku
*      Tujuan            :
Menghubungkan antara fisiologis ( organ tubuh ) dengan psikologis ( kejiwaan ) dimana organ tubuhlah yang penting dalam mempelajari tingkah laku
A.      Ciri-ciri utama aliran Behaviourisme
1.       Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
2.       Segala macam perbuatan dikembalikan kepada refleks. Refleks adalah reaksi yang  tidak disadari terhadap suatu rangsangan. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.
3.       Behaviourisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.
B.      Pendapat-pendapat para pengikut Behaviourisme
1.       James adalah perintis jalan filsafat pragmatisme.
Pokok ajaran pragmatisme:
a.       Tiap berpikir mengandung maksud tertentu, yaitu menyempurnakan hidup.
b.      Segala kenyataan bersifat pragmatis, yakni mengandung maksud-maksud tertentu, dan kenyataan itu hanya berarti kalau ada faedahnya dari manusia.
c.       Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan yang praktis. Benar tidaknya sesuatu fikiran itu dapat dilihat dari dapat tidaknya fikiran itu dipraktekkan, dan terbukti atau tidaknya maksud yang terkandung di dalamnya.
d.      Semboyan kaum Behaviourisme: “The truth is in the making”. Benar ialah apa yang dalam praktek ternyata tepat dan menguntungkan; tidak benar, ialah apa yang dalam praktek tidak memberi hasil.
2.       Mac. Dougall
Insting dipandang sebagai pendorong penting dalam segala kegiatan. Ia memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gerak perbuatan dan tingkah laku manusia.
3.       Thorndike
Dia adalah pengikut behaviourisme yang tidak radikal. Pendapat-pendapatnya ditulis dalam “Animal Intelligence” dan “Educational Psychology”.
4.       Watson
Perbuatan dipandang sebagai suatu reaksi oragnisme hidup yakni reaksi terhadap perangsang dari luar. Reaksi-reaksi itu terdiri atas gerakan-gerakan yang tertentu dan perubahan-perubahan dalam tubuh. Kesemuanya itu dapat dinyatakan secara objektif. Hanya perbuatanlah yang dapat diselidiki secara positif.

VI.          HORMIC PSYCOLOGY
*      William Mc Daugall (1871-1944)
*      Teori                 :
*      Semua tingkah laku pada hakekatnya dapat  dikembalikan  kepada naluri-naluri yang mendasarinya misalnya dalam hal emosi
*      Menurut Mc Dougall emosi terbagi 3 :
-         Emosi takut didasari oleh naluri melarikan diri
-         Emosi heran didasari oleh naluri ingin tahu
-         Emosi mesra atau kasih sayang di dasari oleh naluri orang tua
*      Mengenai naluri , Mc Daugall menyatakan ada 3 aspek pada
naluri, yaitu :
  1. Aspek Persepsi (mengamati)
  2. Aspek Emosionil (mengalami)
  3. Aspek Motoris (Bereaksi)
*      Tujuan   : Tingkah laku harus memiliki arah dan tujuan
*      MC Dougal membedakan beberapa aspek dalam kepribadian :
-         Disposition
-         Temperament ( disposisi reaktif )
-         Character

VII.        GESTALT PSYCHOLOGY
*      Tokoh: Von Ehrendels.
A.      Gestalt Psikologi, timbul sebagai reaksi terhadap elemen psikologi.
1.     Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsur melaiankan gestalt (keseluruhan).
2.     Tiap-tiap bagaian tidak berarti sama sekali, dan baru mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan. Tiap bentuk tertentu dari kesatuan itu disebut gestalt.
B.      Aliran-aliran Ilmu jiwa Gestalt
a.     Aliran Berlin, tokohnya: Wertheimer, Koffka, W. Kohler.
Wertheimer: merusmuskan teori gestalt dengan cara modern. Percobaan yang dijalankannya mengenai pengamatan dan penglihatan. Wertheimer mengemukan asas-asas teori gestalt:


1.       Jumlah                              
2.       Kompleks
3.       Struktur
4.       Gestalt
5.      Gestalt tersusun
*      Koffka: berpendapat bahwa gestalt psikologi sebagai psikologi pertumbuhan. Dia menyelidiki dan mencari asas-asas pertumbuhan dalam ilmu jiwa anak dan mempelajari pertumbuhan gestalt yang mula-mula sangat sederhana dan kemudian menjadi gestalt yang sempurna seperti terdapat pada orang dewasa.
*      Kohler: menguraikan tentang perbuatan seekor simpanse dalam  rangka menyelidiki kecerdasan binatang. Dalam percobaan ini Kohler mengatakan: peristiwa terjadinya hubungan antara simpanse – tongkat – pisang merupakan suatu gestalt.
b.     Aliran Leipzig, tokohnya: Kreuger, H. Vokelt
Pendapat aliran Leipzig:
1.       Dalam tiap-tiap pribadi sebagai suatu Ganzheit hidup (kejiwaan) suatu pendorong untuk mempersatukan, dengan adanya dorongan itu orang tidak pernah menerima bagian-bagian tersendiri. Segala sesuatu diterimanya oleh keseluruhan batinnya dalam bentuk kesatuan.
2.       Kesatuan hidup kejiwaan terutama pada perasaan. Segala sesuatu yang pada suatu ketika ada dalam alam kejiwaan tersembunyi dalam perasaan, sebab di dalam perasaan terkandung seluruh hidup kejiwaan.


VIII.      HUMANISTIK
 Pertama kali dikenalkan oleh para pakar pendidikan dalam madzab ketiga sebagai counter atas teori behaviorisme dan kognitifisme.beberapa di antaranya :L Abraham Maslow, JJ, Rousseau, dan Carl Rogers.
Psikologi ini lebih tepat di sebut gerkan atau kekuatan ketiga ini mengakar pada salah satu aliran filsafat modern yakni  eksistensialisme,  yang menolak paham yang menempatkan manusia semata–mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Mereka percaya individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawabatas pilihan dan keberadaanya.

IX.          KOGNITIF
o Aliran ini muncul pada tahun 1975
o Aliran ini menggunakan metafora teoritis guna menginterprestasikan istilah – istilah psikologi  commonsense seperti pikiran, bahsa, pengetahuan, pengertian, imagery, motif dan bahkan kesadaran dan emosi



DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Sobur, Alex.  2003 .  Psikologii Umum.Bandung : Pustaka Setia

Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidkan. Semarang : Rasail

Dirgagunarsa, Singgih.1975. Pengantar Psikologi . Jakarta : MUTIARA


HEREDITAS DAN LINGKUNGAN


A.      HEREDITAS
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak kedua orang tuanya.
Hereditas berfungsi untuk menumbuh kembangkan anak didik. Terdapat pada hereditas adalah :
    Bentuk tubuh
    Sifat-sifat
Dibawa sejak lahir , dapat dilihat selagi masih kecil dan sesudah besar tapi sulit untuk di ubah.
Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari  generasi yang lain. Meskipun kita melihat suatu sifat atau ciri-ciri yang sama antara orang tua dan anaknya, kita belum dapat mengambil kesimpulan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada anak itu merupakan keturunan. Umpamanya: Bapak malas dan anaknya juga malas, ini belum berarti bahwa kemalasan anak itu adalah keturunan. Mungkin sifat malas pada anak itu disebabkan karena dengan tiada sadar anak itu “meniru” dari orang tuanya, jadi mungkin adalah pengaruh lingkungan.
Memang benar bahwa anak-anak kembar yang berasal dari satu telur menunjukkan persamaan-persamaan yang banyak sekali, baik mengenai sifat-sifat kejasmanian maupun mengenai kerohaniannya, jadi merupakan sifat-sifat yang menurun. Tapi dari penyelidikan, ternyata jika anak kembar yang berasal dari satu telur masing-masing dididik dalam lingkungan yang berlain-lainan akan terlihat pula perbedaannya. Nyatalah di sini bahwa lingkungan berpengaruh besar pula, sehingga sulit penentuan bahwa suatu sifat itu keturunan atau bukan.
    Intelegensi
Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.(David Wechsler, 1958)
Kemampuan psikis: abstrak, berpikir mekanis,matematis, berbahasa
Ukuran inteligensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient
    Bakat
Adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang.
Bakat                                        Keterampilan

Musik               Olahraga                       Matemtika                     Agama
Ø      Penyakit atau Cacat Tubuh
Penyakit yang dibawa sejak lahir akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaniah anak

B. PENGERTIAN LINGKUNGAN
Lingkungan sesungguhnya bukan seperti yang selalu digambarkan bahwa lingkungan itu hanya terdiri dari alam sekitar diluar dari manusia/individu.
Lingkungan dapat diartikan secara fisiologis yaitu meliputi segala kondisi dan jasmaniah didalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, sistem syaraf dan lainya.
Secara psikologis yaitu mencakup segenap stimulasi yang diterima individu mulai sejak konsensi, kelahiran sampai kematian. 
Sedangkan secara sosiokultural mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain.
1. Pengaruh Heriditas dan Lingkungan  Terhadap Pertumbuhan Hidup Manusia
            a. Penemuan dari Abbot Gregor Mendel (1857)
Penelitian Mendel yaitu dengan cara perkawinan silang antara kacang berbunga putih dan berbunga merah, dalam perkawinan keduanya ia menemukan apa yang disebutnya sebagai “elements” yang sangat    kecil dan tidak bisa untuk diraba.
 Elemen-elemen tersebut yang dapat menghasilkan perubahan warna pada perkawinan kacang silang dan hal ini dilakukan selama 3 (tiga) tahapan penelitian untuk membuktikan bahwa elemen dimaksud mempunyai suatu kebenaran dan dikenal dengan Hukum Mendel.
b.    Penemuan dari Prof. Thomas Hunt Morgan (1907)
Penelitian yang dilakukan dengan eksperimen “lalat” yang berkembang biak memperoleh keturunan setelah adanya berbagai bentuk kegiatan “gene”  yang disebut dengan element oleh Mendel.  Perubahan “genes” itu sebagai penentu sifat-sifat heriditas pada keturunan mahluk.
c.    Proses Heriditas dalam Pertumbuhan
Dasar perbedaan individual itu disebabkan karena kombinasi-kombinasi “genes” yang mengakibatkan perubahan-perubahan sifat pada “genes”.
      Beberapa hal yang disimpulkan dari proses heriditas sbb:
*  Sifat-sifat pribadi manusia pada umumnya tergantung ada pengaruh kombinasi-kombinasi “genes”
*     Sel-sel benih dari orangtuanya berisikan bermacam-macam kombinasi “genes” sebagai akibat pembiakan sel-sel.
*     Sel-sel dari orangtuanya bertemu dan berinteraksi menghasilkan organisme baru yang membentuk berbagai macam kombinasi “genes” pada keterunannya.
d. Pengaruh Lingkungan terhadap Pertumbuhan
Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik, sejak individu berada pada konsepsi, lingkungan telah memberi andil dalam mempengaruhi pertumbuhan yaitu diantaranya makanan, keadaan gizi, vitamin, mineral, kesegaran jasmani dll. Klasifikasi tingkah laku manusia terdiri dari empat macam sbb:
                        1. insting
                        2. habits

                        3. native behavior
                        4. acquired behavior
2.  Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individual
Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interaksi antara heriditas dan lingkungan.
Kombinasi dan perubahan-perubahan “genes” sangat kompleks dan unik bagi masing-masing individu yang menentukan heriditas masing-masing individu.  Genes memberikan sifat kepada masing-masing kromosom dan sifat kromosom dapat dihubungkan dengan tipe-tipe kepribadian, ciri-ciri jasmaniah atau pekerjaan individu.
      Adapun Faktor Lingkungan adalah : Keluarga, sekolah, masyarakat, dan keadaan   alam sekitar






DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press
Walgito, B. 2005.  Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset








BELAJAR DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


I. DEFINISI BELAJAR
             Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar.
            Beberapa definisi dari belajar :
1.       Bell – Grendel ( dalam Khodijah. 2009 : 43 ) menyatakan belajar sebagai proses perolehan bernbagai kompetensi, keterampilan dan sikap.
2.       Lester D Crow dan Alice Crow ( dalam Khodijah, 2009 : 41)menyatakan belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan dan sikap termasuk cara baru untuk melakukan sesuatu atau menyesuaikan situasi yang baru.
3.       Gagne dan Briggs ( dalam Khodijah, 2009 : 44 )menyatakan belajar sebagai serangkaian proses kognitif yang menstransformasi stimulasi dari lingkungan ke dalam beberapa fase pemprosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru
4.       Sumardi Suryabrata ( dalam Khodijah, 2006 : 45) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri yaitu (1) proses tersebut membawa perubahan baik aktual maupun potensial, (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan (3) perubahan itu terjadi karena usaha
5.       Harold Spears (dalam Khodijah, 2009 : 45)menyatakan belajar adalah mengamati, membaca, mengimitasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk.

Dari pengertian belajar dapat disimpulkan :
1.       Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru
2.       Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman, dan interaksi sosial
3.       Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik)
4.       Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.

II.  CIRI-CIRI PERUBAHAN SEBAGAI HASIL BELAJAR
        Ada tiga ciri nya, yaitu :
a.       Terjadi secara sadar
Artinya individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan yang terjadi pada dirinya
b.      Bersifat fungsional
Artinya perubahan itu memberikan manfaat yang luas
c.       Bersifat aktif dan positif
Artinya tidak terjadi dengan sendirinya tetapi memerlukan usaha dan aktivitas dari individu
d.      Bukan bersifat sementara
Artinya bersifat relatif permanen
e.      Bertujuan dan terarah
Artinya perubahan tersebut tidak terjadi unsur kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk merubah perilakunya
f.          Mencakup seluruh aspek perilaku
Artinya perubahan itu mencakup aspek perilaku( Kognitif, afektif, Psikomotorik)

III.          BENTUK-BENTUK BELAJAR
1.       Belajar Abstrak
Ialah belajar yang menggunakan cara berpikir abstrak, tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata
2.       Belajar sosial
Artinya belajar memahami masalah sosial dan teknik untuk memecahkan masalah itu, bertujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah sosial
3.       Belajar pemecahan masalah
Adalah belajar mengguanakan metode ilmiah atau berpikirsecara sistematis, logis teratur dan teliti, bertujuan untuk memecahkan kemampuan dan kecakapan kognitid secara rasional,lugas dan tuntas
4.       Belajar Rasional
Ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir logis den sistematis, bertujuan memperoleh berbagai kecakapan mengunakan prinsip dan konsep.
5.       Belajar Kebiasaan
Adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaika kebiasaan yang telah ada
6.       Belajar Apresiasi
Adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek, bertujuan agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif
7.       Belajar pengetahuan
Ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu, bertujuan agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya rumit


IV.                TAHAP-TAHAP DALAM BELAJAR
Menurut Albert Bandura ( dalam Khodijah, 2009 : 53 ) dalam proses belajar siswa menempuh empat tahapan, yaitu :
1.       Tahap perhatian; siswa memusatkan perhatian pada objek materi
2.       Tahap menyimpan dalam ingatan ; informasi yang disajikan ditangkap, diproses dan kemudian disimpan dalam memori
3.       Tahap reproduksi; semua informasi dalam bentuk kode-kode simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali
4.       Tahap motivasi; semua informasi yang telah disimpan dalamm memori diberi penguatan.

V.                  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Ada dua faktor yaitu :
1.       Faktor Eksternal, meliputi :
-         Faktor non sosial, yaitu : tempat ( letak pergedungannya ) , Keadaan cuaca, Waktu belajar, Alat-alat atau perlengkapan belajar
-         Faktor Sosial, yaitu
o       Orang tua, diakui orang tua berperang penting dalam belajar anak.Pola asuh orang tua, fasilitas belajar yang disediakan, perhatian dan motivasi merupakan dukungan belajar yang utama
o       Guru dan staf
o       Teman – teman
o       Masyarakat
2.       Faktor Internal, meliputi :
-         Faktor Fisiologis, Yaitu
o       Keadaan tonus jasmani pada umumnya, berpengaruh pada kesiapan dan aktivitas belajar
o       Keadaan fungsi fisiologi tertentu, terutama kesehatan panca indera merupakan alat untuk belajar.
-         Faktor Psikologis, yaitu
o       Intelegensi
o       Minat
o       Motivasi
o       Memori
o       Emosi





DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Suryabrata, Sumardi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Walgito, B. 2005.  Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset





















PENGINDERAAN DAN PERSEPSI



A.      Penginderaan
Manusia tidak dapat dilepaskan dari lingkungan hidupnya. Oleh karena itu pentinglah bagi manusia mengenal dan mengamati lingkungannya, lalu mengendalikan atau memanfaatkannya, guna pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusiawinya, dan untuk mempertahankan hidupnya. Manusia mengamati dan mengenal lingkungan hidupnya dengan bantuan indera. Penginderaan merupakan proses penangkapan stimulus oleh alat indera, baik stimulus yang datangnya dari luar maupun yang datangnya dari dalam individu itu sendiri. Proses penginderaan diikuti oleh gejala-gejala perhatian, pengamatan, dan tanggapan.
Perhatian, yaitu stadium persiapan sebelum kita sampai pada pengamatan. Memperhatikan artinya: mengkonstrasikan diri, mengarahkan aktivitas psikis pada satu titik sentral, yaitu terhadap satu objek, atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. Kalau individu sedang memperhatikan sesuatu benda misalnya, ini berarti bahwa seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada benda tersebut. Tetapi di samping itu individu juga dapat memperhatikan banyak objek sekaligus dalam suatu waktu. Jadi yang dicakup bukanlah hanya satu objek, tetapi sekumpulan objek-objek. Sudah barang tentu tidak semua objek tersebut dapat diperhatikan secara sama. Jadi perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Attention may be defined either as the selective characteristic of the mental life. (Drever dalam Walgito, Bimo, 1980: 56).
Dengan demikian maka apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu, dan akan betul-betul jelas bagi individu yantg bersangkutan. Karena itu perhatian dan kesadaran akan mempunyai korelasi positif. Makin diperhatikan sesuatu objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu. Introspective defined, attention is clearness in consciousness (Harriman dalam Walgito, Bimo, 1980: 56).
Perhatian itu ada bermacam-macam, sesuai dari segi mana perhatian itu akan ditinjau.
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
1.       Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan cara spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Bila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis perhatian itu akan timbul. Misalnya bila sesorang mempunyai minat terhadapmusik, maka secara spontan perhatiannya akan tertuju kepada musik yang didengarnya.
2.       Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauannuntuk menimbulkannya. Misanya Seorang murid mau tidak mau harus memperhatikan pelajaran sejarah, sekalipun ia tidak menyenangi, karena ia harus mempelajarinya.
Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang luas.
1.       Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
2.       Perhatian yang luas, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada suatu saat sekaligus.
Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi:
1.       Perhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada sesuatu objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatiannya yang sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat.
2.       Perhatian yang terbagi-bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas sejalan dengan yang terbagi ini.
Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis:
1.       Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu.
2.       Perhatian yang dinamis, yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lain.
Pengamatan adalah kesan-kesan yang diterima sewaktu stimulus mengenai indera; dan stimulusnya masih ada. Jika kesan-kesannya masih ada, namun stimulusnya tidak ada lagi, peristiwa ini disebut tanggapan.  Barang siapa mengalami sesuatu kejadian, dia akan mengenal, mengingat, memperbandingkan, mengolongkan, dan menginterpretasikannya. Dengan  demikian, pengamatan itu erat berkaitan dengan pikiran, perasaan fantasi dan segenap unsur kehidupan jiwani/psikis lainnya.
Pengamatan dalam pengertian sempit merupakan proses menginterpretasikan sesuatu dengan jalan mengenali “tanda-tanda” sebagai alatnya dan pengertian-pengertian tertentu sebagai tujuan pengamatan. Tanda-tanda itu, dibedakan: simbol (lambang) dan isyarat atau sinyal. Simbol-simbol adalah stimulus-stimulus yang menyatakan satu benda atau peristiwa; seperti Nama menunjukkan seorang manusia ataupun benda, dan Kata menunjukkan satu pengertian tertentu. Sedang isyarat atau sinyal adalah stimulus yang berasal dari suatu objek. Asap merupakan isyarat bahwa ada sesuatu yang terbakar atau isyarat adanya api. Senyum merupakan isyarat keramahan, atau isyarat “diterima dengan baik”. Mata berkilat-kilat penuh ancaman merupakan isyarat adanya bahaya.
Pengamatan biasanya dilukiskan menurut aspek pengaturannya, supaya memungkinkan subyek melakukan orientasi:
a.       Pengaturan menurut sudut pandangan ruang, misalnya: atas – bawah, kiri –kanan, jauh – dekat, tinggi – rendah, dan sebagainya.
b.      Pengaturan menurut sudut pandangan waktu, misalnya: masa lampau, kini, dan masa yang akan datang dalam berbagai variasinya.
c.       Pengaturan menurut sudut pandangan gestalt. Suatu gestalt adalah sesuatu yang merupakan kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain. Misalnya: rumah, orang, meja, kursi, gambar, dan sebagainya.
d.      Pengaturan menurut sudut pandangan arti objek-objek yang kita amati atau kita amati menurut artinya bagi kita. Misalnya: sebuah pabrik, sebuah sekolah, rumah kediaman, masjid, sebuah garasi mobil. Dari segi bangunan menunjukkan banyak persamaan satu sama lain, tetapi dipandang dari segi artinya menunjukkan hal yang sangat berbeda satu sama lain. Dan kita melukiskan dunia pengamatan kita justru menurut artinya itu:
Kesalahan-kesalahan pengamatan, antara lain:
1.       Osilasi (Oscillation, ayunan), yaitu pengamatan yang tampak berubah-rubah bentuknya.
2.       Illusi optik (Illusio = silap mata, optis = berkaitan dengan penglihatan), adalah pengamatan yang keliru, yaitu peristiwa objektif yang diterima oleh indera ternayata ditangkap secara salah.
3.       Halusinasi (Hallucination = silap/tipuan mata, khayalan, visioen). Adalah pengamatan tanpa objektivitas penginderaan dan tanpa disertai stimulus-stimulus fisik yang tepat.
Skema dari pengamatan digambarkan sebagai berikut:
Momen pkisis disebabkan oleh berfungsinya indera. Indera terdiri atas:


1.       Indera penglihatan
Penginderaan mata dibagi dalam tiga kelompok:
a.       Penginderaan cahaya, dalam pengertian yang sempit
b.      Penginderaan warna
c.       Penginderaan ruang (tempat dan jarak)
2.       Indera pendengaran
Penginderaan pendengaran dibedakan dua;
a.       Penginderaan nada-nada (terdengar tenang dan teratur), dan
b.      Desah-desah atau gersik (gelisah dan tidak teratur)
3.       Indera pembau
Indera pembau berlangsung via stimulus-stimulus berbentuk gay yang mengenai selaput lendir hidung yang terletak di ujung-ujung syaraf pembau.
4.       Indera pengecap
Indera pengecap berlangsung oleh adanya stimulus-stimulus cairan pada Jlidah dan tekak (langit-langit) lunak. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu:


a.       Manis,
b.      Asam,
c.       Asin, dan
d.      Pahit


5.       Indera-indera suhu, sakit dan tekanan
Ketiganya terletak pada kulit, stimulus-stimulus yang diterima oleh ujung-ujung syarat, berjalan melalui macam-macam jalur menuju ke otak.
6.      Indera keseimbangan
Indera keseimbangan terletak pada satu lengkung berliku-liku di telinga tengah. Terdiri atas: dua kantung dan tiga buah kanal lengkung.

7.      Indera kinaesthetis
Stimulus-stimulus berupa gerak-gerak dan ketegangan-ketegangan pada onderdil tubuh dan otot-otot. Inderanya terdapat pada tudung-tudung persendian.
8.      Indera organis/vital
Merupakan penginderaan lapar, dahaga, sesak napas (kekurangan udara) dan pembuangan. Indera yang berfungsi untuk ini adalah organ-organ pencernaan makanan, pernapasan, organ sirkulasi darah, hati dan lain-lain.
9.      Indera synaesthesi (indera penyerta)
Penginderaan tidak dengan indera yang bersangkutan, akan tetapi dengan indera lainnya. Misalnya, waktu mendengar nada-nada orang yang bersangkutan melihat warna-warna tertentu.
10.   Daya adaptasi
Merupakan daya penyesuaian umum dari mahkluk hidup terhadap tuntutan lingkungan


B.      Persepsi
Individu mengenal dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi (perception). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi.
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi, agar individu dapat mengadakan persepsi:
1.       Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor.
2.       Adanya alat indera atau reseptor, yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke susunan syarat yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syarat motoris.
3.       Adanya perhatian, merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat:
1.       Fisik atau kealaman
2.       Fisiologis
3.       Psikologis

Dengan demikian dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai berikut:
Objek menimbulkan stimulus, da stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Persepsi ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis.
Bagi seorang guru, mengatahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut-paut dengan persepsi sangat penting, karena:
1.       Makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat;
2.       Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seseorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu keliru atau yang tidak relevan; dan
3.       Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru.
Prinsip-prinsip dasar persepsi:
1.       Persepsi itu relatif bukan absolut
Guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2.       Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa stimulus saja dari banyak stimulus yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Stimulus yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima stimulus.
Dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat pada bagian yang tidak penting.
3.       Persepsi itu mempunyai tatanan
Orang menerima stimulus tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika stimulus yang datang tidak lengkap ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika butir-butir pelajaran tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh siswa tersebut dan yang mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru. Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian.
4.       Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerimaan stimulus)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.
Dalam pelajaran, guru dapat menyiapkan siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urut-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut. Jika pada hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk memulai dengan doa sebelum pelajaran dimulai.
5.       Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan metode yang berbeda. Dengan kata lain perkataan dapat dikatakan bahwa tidak ada satu pun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau bahkan orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. (Slameto, 1995: 102 – 105)




DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2005Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset
Dirgagunarsa, Singgih. 1997. Pengantar Psikologi . Jakarta : Mutiara










MEMORI ( INGATAN ) DAN LUPA


I. MEMORI ( INGATAN )
a. Konsep Memori
            Dalam kamus lengkap psikologi, memori diartikan sebagai :
1.       Fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu
2.       Keseluruhan pengalaman masa lampau yang di ingat kembali
3.       Satu pengalaman masa lalu yang khas
Menurut Kartono ( dalam Khodijah, 2006 : 97 ) memori adalah kemampuan  untuk mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali hal – hal yang pernah diketahui sedangkan sifat dari ingatan yang baik adalah setia.
Menurut Walgito ( dalam Khadijah, 2006 : 97) Memori adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan , menyimpan dan menimbulkan kembali hal – hal yang telah lampau.
b. Struktur Memori
            Sistem memori manusia tersusun dari tiga komponen yaitu : penyimpanan, Informasi ( Yaitu stimulus dari lingkungan )terlebih dahulu melalui sensory stroge, lalu melewati  short term memory dan pada akhirnya berakhir dalam  long – term memory

ü      Sensory storage
Merupakan komponen pertama sistem memori yang bertemu langsung dengan informasi yang masuk
ü      Shortt – Term Memory
Informasi yang disensasikan oleh panca indera dan mendapatkan perhatian kemudian akan di transfer ke dalam sistem memori yang kedua yaitu short term memory  atau memori kerja
ü      Long – Term Memory
Long – Term Memory  atau disebut memori permanen, merupakan bagian sistem memori yang dapat menyimpan informasi dalam masa yang lama
c.       Jenis – Jenis Memori
1.       Episodic Memory
Adalah memori tentang pengalaman personal
2.       Sematic Memory
Berisi fakta – fakta dan informasi umum tentang apa yang kita ketahui, baik itu konsep, prinsip atau aturan dan bagaimana menggunakannya
3.       Prosedural Memory
Kemampuan mengendarai kendaraan bermotor atau bersepeda

d.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Memori
Kuat lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kondisi fisik dan usia

II. LUPA
            Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memunculkan kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
            Gulo dan Reber ( dalam Khodijah, 2006 : 105) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah di pelajari atau di alami.
a.       Strategi Memori dan Metamemori
Byrnes ( dalam Khodijah , 2006 : 107 ) menyebut lima strategi :
v     Rehearsal adalah strategi memori dengan cara mengulang–ulang informasi sesering mungkin sehingga di simpan dalam memori
v     Organisasi adalah strategi memori dengan cara menyusun bahan yang ingin di ingat ke dalam sub-sub kelompok dan hirarki sub kelompok informasi
v     Elaborasi Sematik adalah strategi untuk menciptakan makna apapun terhadap bahan yang akan diingat
v     Metal Imagery  ( bayangan mental ) adalah strategi memori dengan cara membentuk bayangan mental tentang hal yang hendak di hafal
v     Retrieval, Sering kali bila anak mencoba mengucapkan sebuah kat, biasanya adalah huruf pertama dari kata tersebut
v     Script, memori tentang peristiwa rutin dapat di organisasi dalam bentuk script, tanpa harus di simpan secara terpisah-pisah, Adapun tekniknya : Metode lokasi ( menggunakan tempat khusus ), Sistem carol ( mengunakan komponen), metode Kata Kunci ( Menggunakan kata-kata yang kurang), Akronim ( cara menyingkat daftar kata-kata yang hendak dihafalkan)






DAFTAR PUSTAKA


Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Walgito, Bimo .2005Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset








EMOSI DAN MOTIF


I.        EMOSI
A.       Konsep Emosi
Pengertian Emosi ( dalam Khodijah, 2006:153) Menurut William James mendifinikan emosi sebagai keadaan udi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh. Menurut Goleman mendifinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Maka, dapat disimpulkan Emosi adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta di barengi dengan perasaan yang kuat
B.       Fungsi Emosi
Fungsinya sebagai pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia , selain itu berfungsi pembawa pesan dimana emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang – orang yang berada di sekitar kita
C.       Jenis dan Pengelompokan Emosi
-         Emosi menyenangkan atau emosi positif
-         Emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negatif
D.       Teori-Teori Emosi
1.       Teori Sentral, yaitu gejala kejasmanian akibat dari emosi
2.       Teori Periferal, yaitu Gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi
3.       Teori Kepribadian, yaitu suatu aktivitas pribadi dimana tidak dapat dipisah-pisahkan (psikis dan jasmani)
E.       Fisiologi Emosi
             Ada dua pola respon tubuh yang terjadi ketika seseorang emosi, yaitu reaksi emergency atau respon flight or fight ( respon yang terjadi bila kondisi aktif atau bangkit ) dan Relaksasi ( yang timbul bila kondisi dalam keadaan tenang atau meditatif)

F.       Bahaya Emosi Negatif
§         Bahaya Fisiologi kemarahan bisa berupa penyempitan pembuluh jantung
§         Bahaya Psikologi, berakibat pada depresi dan penyesalan, selain itu penyebab insomnia atau penyakit psikomatik, terputusnya persahabatan
G.      Upaya Pengendalian Emosi
-         Teknik subsitusi, yaitu menggantikan emosi negatif dengan emosi positif
-         Distraction Technique, yakni mengalihkan emosi negatif yang timbul
H.       Pengaruh Emosi pada Belajar
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier,2002) (dalam Nyayu Khodijah, 2009). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negative dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier (2002) (dalam Nyayu Khodijah,2009) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi.Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang rebut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar.
I.         Kecerdasan Emosi
Unsur kecerdasan Emosi adalah empati ( dapat merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain)  dan kontrol diri ( Kemampuan untuk mengedalikan emosi sendiri sehingga tidak menganggu hubungan dengan orang lain )

II.      MOTIF
A.       Konsep Motif
            Motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat.
            Menurut Winkel (1996) (dalam khadijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
      Menurut Azwar (dalam Khodijah,2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.
      Dari beberapa pendapat diatas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

B.       Jenis – jenis Motif
-         Instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain
-         Ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karenan rangsangan atau bantuan dari orang lain
C.       Teori- Teori Motif
1.       Teori  Drive, sebagai pendorong  ke arah tujuan dengan kondisi tergerak dalam diri manusia atau hewan
2.        Teori Insentif, disini objek tujuan yang memotivasi perilaku ke arah mereka
3.       Teori  Opponent- process, manusia dimotivasi untuk mencari tujuan yang memberi perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan
4.       Teori Optimal Level, Individu dimotivasi untuk berperilaku dengan cara tertentu untuk menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan
Ada empat teori yang bayak dianut yaitu :
-         Teori Hirarkikebutuhan Maslow, Orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena memperoleh pemuasan kebutuhan
-         Teori Kognitif Bruner, Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan dan sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri
-         Teori Kebutuhan Berprestasi, McClelland (dalam Khadijah, 2009: 153) menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan, tugas yang cukup sulit.
-         Teori Atribusi, Pertama orang ingin tahu penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, kedua mereka tidak menetapkan penyebab perilaku mereka secara random, ketiga penyebab perilaku yang ditetapkan individu mempengaruhi perilaku berikutnya
-         Teori  Operant Conditioning  Skinner, menurutnya perilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi
-         Teori  Social Cognitive Learning, Mencontoh perilaku orang lain yang di anggap berkompeten
D.       Ciri-ciri Motif belajar
ü      Tekun menghadapi tugas
ü      Ulet menghadapi kesulitan
ü      Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah
ü      Lebih senang bekerja sendiri
ü      Cepat bosan terhadap tugas rutin
ü      Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin akan sesuatu
ü      Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini
ü      Suka mencari dan menyelesaikan masalah
E.       Fungsi Motif
Menurut Mosely ( dalam Khodijah, 2009 : 155)
-         Mendorong manusia untuk berbuat
-         Menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan
-         Menyeleksi perbuatan
F.       Hal yang mempengaruhi Motif
Menurut Lasley ( dala Khadijah, 2009 : 155 )yang mempengaruhi adalah
o       Faktor Fisiologis, salah satu adalah kelelahan baik kelelahan mental maupun fisik
o       Emosi atau yang disebut dengan kondisi yang termotivasi
o       Kebiasaan yang bisa menjadi motivator
o       Mental sets, nilai dan sikap individu
o       Faktor lingkungan dan insentif

G.      Peran Motivasi dalam mencapai Keberhasilan Belajar
motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelegensi dan bakat minat. Seorang anak didik bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap pekerjaan itu. Motif  yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat, sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.
                 Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai. Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai prestasi yang baik.
                 Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :
1.       Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
2.       Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
3.       Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
4.       Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
5.       Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
6.       Moivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
H.       Teknik – Teknik Memotivasi Siswa
1.    Pada saat mengawali belajar
Guru harus mementuk sikap positif pada diri siswa dan menumbuhkan kebutuhan untuk belajar dan berprestasi
2. Selama belajar
Dengan cara stimulasi ( daya tarik pelajaran) dan pengaruh
3. Mengakhiri belajar
Dengan cara kompetensi ( memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan)





DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, N .2009. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press

Walgito, Bimo .2005Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset

Sobur, Alex. 2003 .  Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia

Suryabrata, Sumardi. 2004.  Psikologi Pendidikan . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta : Mizan Publika.

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Akasara.

Effendi, Usman dan Juhaya S. Praja. 1987. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkasa.

Kartono, Kartini. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.



BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH


A.       KONSEP BERPIKIR
Berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal berpikir adalah penyususnan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam  Long-Term Memory. Jadi Berpikir adalah sebuah respresentatif simbol dari beberapa peristiwa atau item. Menurut Morgan (dalam Khodijah ,2006 : 117) berpikir adalah proses memerantarai stimulus dan respon.
Menurut Drever ( dalam Khadijah, 2006 : 117) menyatakan bahwa berpikir melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah.
Menurut Solso ( Dalam Khadijah, 2006 : 117-118) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dimulai melalui transformasi informasi dengan interaksi yang kompleks atribut-atribut mental seperti penilaian, abstrasi, logika, imaginasi, dan Pemecahan masalah.
Dari pengertian diatas ada tiga pandangan dasar tentang berpikir :
1.       Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku
2.       Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif
3.       berpikir diarahkan dan menghasilkan perilakunyang “ memecahkan “ maslah atau di arahkan pada solusi

B.      JENIS , TIPE  DAN POLA BERPIKIR
Menurut Morgan ( dalam Khadijah,2006 : 118) membagi dua jenis berpikir yaitu :
1.       Berpikir austistik, yaitu berpikir yang sangat pribadi mengunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi. Contohnya Mimpi
2.       Berpikir langsung adalah berpikir ntuk memecahkan masalah
Menurut Kartini Kartono ( dalam Khadijah,2006 : 118) Ada enam pola berpikir:
ü      Berpikir Konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat tertentu
ü      Berpikir Abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
ü      Berpikir Klasifikatoris yaitu mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu
ü      Berpikir Analogis yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya
ü      Bepikir Ilmiah yaitu berpikir dalam hubungan yang luas, dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
ü      Berpikir Pendek yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Menurut De Bono (dalam Khadijah,2006 : 119) Ada dua tipe berpikir :
1.       Berpikir vertikal / berpikir konvergen
Bersumber dari fungsi belahan otak kiri merupakan cara berpikir vertikal, rasional, metodis analitis, dan linier menuju pada suatu kesimpulan tertentu. Cara berpikir konvergen adalah cara berpikir dimana seseorang didorong untuk menemukan jawaban yang benar atas suatu permasalahan, cara berpikir ini nyaris berfokus intens, cepat, terbatas pada informasi yang disimpan dalam lokasi memori tertentu. Adapunkarakteristik berpikir ini : (a). Vertikal, artinya bergerak secra bertahap, (b). Konvergen, berfokus menunju jawaban yang paling benar, (c) sistematis–terstruktur, logis rasional empiris (d) dependen dan (e)dapat diramalakan
2.       Berpikir Lateral/ Berpikir Divergen
Cara berpikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih didominasi oleh fungsinya belahan otak kanan, berpikir divergen adalah berpikir kreaktif, berpikir untuk memberikan bermacam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada kuantitas, keragaman, originalitas jawaban, cara berpikir ini juga menuju ke berbagai arah dengan ditandai oleh adanya kelancaran, kelenturan, dan keaslian, Karakteristiknya adalah : (1) Lateral, yaitu memandang suatu persoalan dari beberapa sisi, (2) Divergen menyebar ke berbagai arah untuk menemukan banyak jawaban (3) Holistik-sistematik bersifat menyeluruh-global (4) intuitif-imajinatif, (5) independen dan (6) tidak dapat diramalkan

C.      CARA MENGIDENTIFIKASI CARA BERPIKIR SESEORANG
Menurut Enwistle (dalam Khadijah,2006) mengelompokkan obyek menurut karakteristiknya, yaitu :
1.       Anak yang melakukan pengelompokkan secara deskriptif, yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri seperti apa yang nampak dalam bentuk riil yang teramati
2.       Anak yang melakukan pengelompokkan secara anlitis, yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri abstrak dari obyek yang diamati seperti fungsi dan kedudukannya
3.       Anak yang melakukan pengelompokkan secara rasional atau tematik, yaitu pegelompokkan berdasarkan hubungan fungsional antar obyek, seperti buku, sepatu, tas, seragam berda dalam satu kelompok fungsional perlengkapan sekolah.

D.      PROSES BERPIKIR
Proses berpikir dilakukan dengan menggunakan bayangan dan bahasa. Bayangan yang digunakan adalah abstraksi dan konstruksi berdasarkan informasi yang tersimpan dalam Long-Term Memory, sedangkan ketika mengunakan bahasa , orang sring kali mennggunakan simbol-simol kata-kata,maknanya dan aturan tata bahasa untuk disimpan bersama-sama dalam memori
Proses berpikir untuk mengahadapi suatu persoalan atau tugas membutuhkan kedua tipe berpikir divergen dan konvergen, secara integratif dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Ilustrasi diatas dapat dijelaskan dalam dua fase yaitu mengalami ide melaluiintuisi dan mengekspresikan ide melalui berpikir. Pada fase pertama fungsi divergen tampak dominan karena diperlukan untuk menemukan berbagai gagasan sehingga perlu melibatkan kesadaran, kemudian pada fase kedua secara kritis anlitis melakukan penilaian terhadap gagasan yang ada untuk selanjutnya diekspresikan dalam bentuk ide relevan dengan persoalan.
Menurut Walgito ( 1997: 126) mengemukan hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir:
1.       Data yang kurang lengkap, sehingga masih bayak data lagi yang diperlukan
2.       Adanya pertentangan data, sehingga membingunkan dalam proses berpikir

E.      PENGARUH BERPIKIR PADA BELAJAR
Jenis berpikir yang positif adalah berpikir kritis. Berbagai penelitian tentang berpikir memiliki implikasi dalam praktek pendidikan sebagai berikut :
1.       Untuk membantu siswa mencapai penguasaan keterampilan, guru dapat menggunakan metode seperti resiprocal teaching
2.       Guru harus menggunakan pendekatan mengajar yang sesuai tujuan
3.       Guru harus mengajarkan materi pelajaran yang sesuai dengan konteksnya
4.       Untuk menghindari dekontestualisasi, guru harus membuat siswa mengatasi berbagai masalah nyata tapi indentik dengan tujuan yang diharapkan
5.       Siswa perlu diminta mengklarifikasikan segala sesuatu ke dalam kategori dan dimensi, membuat hipotesis, menarik kesimpulan, melakukan analisis dan memecahkan masalah
6.       Guru memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman terhadap proses belajar

F. STRATEGI MEMECAHAKAN MASALAH
Sumber kesalahan ada pada :
v     Kesalahan dalam mengobservasi dan menggunakan semua faktor yang relevan terkait dengan masalah
v     Kesalahan dalam mengobservasi sistematika penyelesaian masalah
v     Kesalahan dalam membangun hubungan antara setiap maslah
v     Frekuensi penggunaan tektik yang kurang tepat dalam memperoleh informasi
Menurut Bruer ( 1993) Perbedaan ahli baru dalam menyelesaikan masalah adalah :
1.       perwakilan masalah
2.       efisiensi maslah
3.       pengawasan penyelesaian masalah
4.       pengetahuan bidang khusus
Yang dikatakan ahli adalah individu yang memiliki kecakapan atau keahlian dibidangnya, sedangkan orang baru adalah individu yang menjalankan pada tingkat kemampuan sebisanya.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                                                         
Eggen, paul & Don Kauchak. 1997. Educational psycology Window on Classrooms. New Jersey : Prentice Hall, Inc
Elliot, Stephen, N,.dkk. 1999 Educational Psycology Effective Teaching Learning. SingGraw Hill Book Company
Suryabrata, Sumardi. 2004.  Psikologi Pendidikan . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Khodijah, Nyayu .2009. Psikologi Belajar. Palembang : Grafindo Telindo Press

PERILAKU MENYIMPANG (ABNORMAL)

A. Mendeskripsikan Abnormal
            Karakteristik Orang Normal ( Dengan derajat yanglebih besar dibandingkan individuyang dianalisis sebagai abnormal), antara lain :
1.       Persepsi realita yang efisien
2.       Mengenai diri sendiri
3.       Kemampuan untuk mengendalikan perilaku sadar
4.       Harga diri dan penerimaan
5.       Kemampuan untuk membentuk ikatan
6.       Produktivitas
Dalam upaya untuk mendeskripsikan abnormalitas didasarkan pada beberapa definisi/sudut pandang, sebagai berikut.
1.       Penyimpangan dari Norma Statistik
Kata ”abnormal” berarti ”menyimpang dari normal”. Salah satu definisi “abnormalitas” didasarkan pada frekuensi statistik; perilaku abnormal adalah yang secara statistik jarang atau menyimpang dari normal. Tetapi menurut definisi ini, orang yang sangat cerdas, sangat gembira akan diklasifikasikan sebagai abnormal. Jadi dalam mendefinisikan perilaku abniormal, harus mempertimbangkan lebih dari hanya frekuensi statistik.
2.       Penyimpangan dari Norma Sosial
Setiap masyarakat memiliki standar atau normatertentu ntuk perilaku yang dapat diterima; perilaku yang menyimpang secara jelas dari norma tersebut dianggap abnormal. Perilaku yang dianggap normal pada suatu masyarakat mungkin dianggap sebagai perilaku abnormal oleh masyarakat yang lain.
3.       Perilaku Maladaptif
Banyak sosial berpendapat bahwa kriteria yang paling penting adalah bagaimana perilaku mempengaruhi kesejahteraan individu atau kelompok sosial. Menurut kriteria ini, perilaku dianggap abnormal jika ia bersifat maladaptif, jika ia mempunyai pengaruh buruk pada individu atau masyarakat, bentuk lainpenyimpanganperilaku adalah jika berbahaya atau membahayakan bagi orang lain/masyarakat.
4.       Distres Pribadi
Abnormalitas dalam pengertian perasaan distres subjektif individual ketimbang perilaku individual. Sebagian besar orang yang didiagnosis menderita penyakit mental merasakan penderitaan batin yang berat (depresi, cemas dan benyak yang menderita insomnia, penurunan nafsu makan, dsb). Distres pribadi kemungkinan merupakan satu-satunya gejala abnormalitas perilaku individu yang nampak normal bagi pengamat awam.
perilaku abnormal akan lebih mudah ditentukan bila mengetahui bagaimana perilaku yang dikatakan normal. Normalitas lebih sulit untuk didefinisikan ketimbang abnormalitas, tetapi sebagian besar ahli psikologi sependapat bahwa kualitas berikut menyatakan kesejahteraan emosional. Karakteristik tersebut tidak memberikan perbedaan tajam antara mental yang sehat dan mental yang sakit. Namun, mereka memiliki sifat yang dimiliki orangnormal dengan derajat yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang didiagnosis sebagai abnormal. Karakteristik tersebut sebagai berikut.
1.       Persepsi realita yang efisien. Individu normal cukup realistik dalam menilai reaksi dan kemampuannya dan dalam menginterpretasikan apa yang terjadi di dunia sekitarnya.
2.       Mengenali diri sendiri. Orang yang dapat melakukan penyesuaian baik memilii suatu kesadaran akan motif dan perasaannya sendiri. Walaupun tidak ada seorangpun yang dapat benar-benar menyadari perilaku  atau perasaannya. Orang normal lebih banyak kesadaran diri dibandinmgkan denganorang yang didiagnosis menderita penyakit mental.
3.       Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar. Individu normal cukup percaya tentang kemampuan dirinya untukmengendalikan perilaku mereka sendiri.
4.       Harga diri dan penerimaan. Orang yang mampu menyesuaikan diri secara baik mampu menilai harga dirinya sendiri dan merasa diterima oleh orang disekitarnya. Jika seseorang merasa tidak berharga, terasing, dan tidak diterima adalah menonjol pada individu yang didiagnosis sebagai abnormal.
5.       Kemampuan untuk membentuk ikatankasih. Individu normal mampu membentuk hubungan yang erat dan memuaskan dengan orang lain. Mereka peka terhadap perasaanorang lain dan tidak membuat tuntutan berlebihan pada orang lain untuk memuaskan kebutuhan mereka sendiri. Orang dengan gangguan mental terlalu mengurusi perlindungan dirinya sendiri sehingga mereka menjadi sangat berpusat pada diri sendiri (self-centered).
6.       Produktivitas. Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik mampu menyalurkankemampuan mereka ke aktifitas produktif. Mereka merasa antusias terhadap kehidupan dan tidak perlu mendorong diri mereka sendiri untuk memnuhi tuntutan sehari-hari.
B. Mengklasifikasikan Perilaku Abnormal.
Berbagai macam perilaku abnormal adalah akut dan bersifat sementara, yang terjadi akibat peristiwa yang menimbulkan stres berat, sedangkan perilaku lain adalah kronis yang berlangsung seumur hidup. Sebagian perilaku abnormal disebabkan oleh penyakit atau kerusakan di sistem syaraf. Dapat juga diakibatkan dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan atau pengalaman belajar yang salah.
Berbagai jenis perilaku abnormal memiliki penyebab yang berbeda, ini dapat diungkapkan dengan mengelompokkan individu-individu menurut kemiripan dalam perilaku dan kemudian melihat hal lain yang mungkin mirip. Klasifikasi gangguan mental yang digunakan sebagian besar profesi kesehatan mental adalah Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke empat disingkat DSM-IV, yang umumnya bersesuaian dengan sistem internasional yang dirumuskan oleh World Health Organization ( WHO ). Kategori utama yang diklasifikasikan DSM-IV sebagai berikut.
1.       Gangguan yang biasanya pertama kali didiagnosis pada masa bayi, masa anak-anak, atau masa remaja.
2.       Delerium, demensia, dan gangguan amnestik dan kognitif lain.
3.       Gangguan berhubungan dengan zat.
4.       Skizofrenia dan gangguan psikotik lain.
5.       Gangguan mood.
6.       Gangguan kecemasan.
7.       Gangguan somatoform.
8.       Gangguan disosiatif.
9.       Gangguan seksual atau identitas jenis.
10.   Gangguan makan.
11.   Gangguan tidur.
12.   Gangguan pengendaliam impuls.
13.   Gangguan kepribadian.
14.   Gangguan buatan.
15.   Kondisi lain yang mungkin menjadi pusat perhatian klinis.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                                                         

Morgan, Clifford T. 19986. Introduction to Psycology. New York : McGraw-Hill Company.

Rita, L Etkinson, dkk. Edisi 11. Pengantar Psicology. Penerbit Interaksara






Tidak ada komentar:

Posting Komentar